Infobandungnews– Pesantren Al Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung baru saja dikunjungi Presiden Joko Widodo Senin (6/3/2023).
Presiden tertarik bahkan mengapresiasi model bisnis pertanian yang dikembangkan di pesantren ini.
Seperti apa sebenarnya daya tarik Presiden sehigga mengatakan pesantren ini dapat menjadi model pesantren berbasis pertanian. “Tinggal menginduk dan copy paste,” kata Presiden.
Sesuai dengan namanya pesantren agrobisnis, pesantren ini tidak hanya mengajari santrinya mengaji kitab-kitab qurani tapi juga kitab-kitab alamiyah, yang bersumber dari alam dan mempraktekkannya.
Salah satu prakteknya yang menonjol adalah sesuai dengan alam sekitarnya yang subur dengan hasil pertanian. Dikembangkanlah produk-produk pertanian.
Hasilnya produk pertanian dijual ke pasar minimarket, supermarket dan langganannya yang tersebar di berbagai kawasan.
Selain produksi sendiri, pesantren ini juga menampung hasil pertanian dan dijualnya ke pasar.
Jadi fungsi pesantren bukan hanya produksi tetapi juga menjadi pengepul dan distributor hasil pertanian rakyat sekitar pesantren.
Model pesantren demikian dikembangkan adalah karena tidak semua santri akan memilih jalan sebagai pendakwah atau ustaz.
Oleh karena itu, diperlukan keterampilan lain yang dimiliki santri yaitu keterampilan bisnis pertanian.
Bidang agro bisnis dipilih pesantren sebab berdasarkan letak geografis pondok yang berada di area pertanian di Desa Alam Endah, Kabupaten Bandung.
Berbagai usaha pertanian dijalankan dengan peran para santri didalamnya, dari mulai menanam hingga pengemasan dan pemasaran ke berbagai tempat.
Seorang pengurus Pondok Pesantren al-Ittifaq, Rizal Fauzi (26) menceritakan saat ini pondok pesantren yang didirikan pada 1934 dikelola generasi ketiga yaitu KH Fuad Affandi (alm) Keterlibatan santri dalam usaha agro bisnis sendiri katanya dimulai pada 1970-an.
Bisnis pertanian semakin berkembang, sehingga produk pesantren dipasarkan ke supermarket di wilayah Bandung Raya. Saat itu katanya, produk pertanian dijual ke bandar. Namun, saat ini pemasaran langsung dikirim ke supermarket.
“Santri mengolah tanaman dari mulai pembibitan, menanam hingga panen,” ujarnya.
Rizal mengungkapkan rata-rata santri tradisional memiliki latarbelakang anak putus sekolah, tidak mampu dan tengah berhadapan dengan hukum.
Dengan usia SMP dan SMA. Mereka katanya ada yang berasal dari Tasikmalaya, Garut dan Cianjur dan digratiskan tinggal selama di pondok pesantren.
Menurutnya, kegiatan santri tradisional sejak pukul 07.00 Wib hingga 11.00 Wib berada di kebun milik pesantren seluas 14 hektare. Kemudian tiap beres salat wajib berjamaah mereka katanya mengaji kitab kurang lebih maksimal dua jam.
“Santri disini dengan yang tidak mukim jumlahnya 1.000 orang. Kalau yang mondok ada 300 orang. Santri Salafinya ada 100 orang,” katanya seperti dilansir dari Republika.id.
Yg-IBN 001