45 Tahun Jaipongan (Jaipongan Hajat), Ismet Ruhimat Tidak Takut Kehilangan Pamor

- Jurnalis

Senin, 24 Juli 2023 - 18:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Malam puncak 45 tahun Jaipongan, ditampilkan rampak kendang dari Republik Kendangers, tari kolaborasi Bhuwana Riksa (Kabupaten Bandung dam Cimahi), tari Jaipongan Marak Buana oleh Padepokan Jugala Raya di Gedong Budaya Sabilulungan Kabupaten Bandung, Minggu, 23 Juli 2023.

Malam puncak 45 tahun Jaipongan, ditampilkan rampak kendang dari Republik Kendangers, tari kolaborasi Bhuwana Riksa (Kabupaten Bandung dam Cimahi), tari Jaipongan Marak Buana oleh Padepokan Jugala Raya di Gedong Budaya Sabilulungan Kabupaten Bandung, Minggu, 23 Juli 2023.

Infobandungnews – Derasnya arus budaya luar yang masukke Indonesia, termasuk Jawa Barat ternyata tidak serta merta merusak tatanan seni tradisi, salah satunya seni Jaipongan. Hingga saat ini, sejak seni jaipongan dikrarkan pada 1978 sebagai salah satu genre seni tari di Ja Barat, ternyata peminatnya masih banyak.

Seperti yang terjadi di kawasan Gedong Budaya Sabilulungan (Soreang) Kabupaten Bandung, Minggu (23/7), ribuan penari menampilkan hasil karya para pimpinan sanggar pada ajang Jaipongan Hajat (nu Heubeul… nu Anyar… Banda Urang). Gelaran hajat ini untuk memperingati 45 tahun Jaipongan karya Gugum Gumbira, seorang tokoh seniman di asal Kota Bandung.

Masih banyaknya masyarakat, khususnya generasi muda yang tertarik menggeluti seni tari Jaipongan ini, yang membuat optimisme Ketua Yayasan Jugala Center, Ismet Ruhimat. Karena hingga saat ini, masih banyak anak-anak muda yang mau belajar dan menggeluti seni tari Jaipongan. Ia tak khawatir dan tidak takut Jaipongan kehilangan pamor ditengah gencarnya serbuan budaya populer terutama dari Korea Selatan.

“Saya tidak berpikir rasa ketakutan. Buktinya anak-anak usia tiga, empat tahun masih banyak yang mau menggeluti seni tari Jaipongan. Nah sekarang ini bagaimana merawatnya, artinya dengan cara apapun kita harus merawatnya,” kata Ismet pada wartawan, Minggu.

Namun untuk merawat seni Jaipongan saat ini caranya berbeda dengan generasi ia dan para pendahulunya. Generasi muda saat ini, mempersepsikan Jaipongan dengan berbagai kreativitasnya. Bahkan termasuk saat generasi muda saat ini mendimensikan Jaipongan dengan berbagai cara. Contohnya, mendimensikan Jaipongan dengan elektronik digital music (IDM).

“Sekarang bagaimana cara merawatnya, artinya itu tadi dengan cara apapun termasuk kenapa ini taglinenya nu Heubeul… nu Anyar… Banda Urang.

Karena ketika saya melihat generasi saya dan generasi setelah saya ini, mereka sekarang ini mempersepsikan jaipongan ini dengan berbagai kreativitas. Jadi ketika mereka mendimensikam Jaipongan ini dengan elektronik digital music”.

“Yah kita harus wadahi, itu persepsi dan imajinasi yang berkembang. Karena memang di luar negeri juga masuk ke wilayah itu. Tapi bagaimana kita mengusungnya menjadi milik kita bersama,” ujarnya.

Sehingga, kata Ismet, generasi muda harus diberikan kesempatan untuk menginterstasikan dimensi tradisi mereka. Namun tetap mengacu pada dimensi kultur atau pakem seni tradisi. Ia melihat, meskipun telah dinterprestasikan sesuai dimensi kekinian, namun nilai-nilai tradisi atau pakemnya masih tetap ada.

“Saya lihat para komposer dan koreografer, mereka belajar Jaipongan. Jadi ketika mereka mau mengembangkan Jaipongan, tetap dari sana juga (pakemnya),” ujarnya.

Meskipun memiliki sudut pandang lain atau bermacam-macam persepsi terhadap Jaipongan ini. Namun pada intinya tetap DNA nya masih tetap seni tari Jaipongan. Contohnya, saat ini dimasyarakat ada yang namanya Jaipongan Wayang, padahal selama ini orang mendimensikan tradisi Jaipongan sebagai tari rakyat. Tapi tiba-tiba menjadi Jaipongan Wayang.

Bahkan Ismet pun merasa optimis, seni Jaipongan bisa terbang lebih jauh ke dunia internasional, seperti sempat terjadi beberapa waktu lalu. Rasa optimis itu muncul, ketika seni Jaipongan semakin berkembang setelah masuk ke dunia musik modern (IDM), maupun seni lainnya yang lebih populer.

Sejumlah penari dari sanggar Cantika Studio Kabupaten Bandung tengah menampilkan salah satu karya Gugum Gumbira pada gelaran Jaipomgan Hajat 45 Tahun Jaipomgan di Gedong Budaya Sabilulungan Kabupaten Bandung, Minggu, 23 Juli 2023.

Empat Pilar Pemajuan Kebudayaan

Sementara perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Baratm Hendra Gunawan mengapresiasi yang dilakukan Yayasan Jugala Center pada peringatan 45 tahun Jaipongan. Ini merupakan bentuk pembinaan atau pewarisan dari empat pilar pemajuan kebudayaan, yakni perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.

“Ini terlihat dari banyaknya anak-anak yang terlibat dalam pementasan Jaipongan Hajat 45 tahun Jaipongan. Ini memnbuktikan pembinaan terus berjalan ditengah derasnya budaya popoler,” ujarnya,

Pada gelaran Jaipongan Hajat ribuan penari dari 74 sanggar dan dari 12 kota kabupaten termasuk Kota Jakarta terlibat. Mereka sempat unjuk rasa

(flash moob) bahwa Jaipongan tetap terjaga dan berkembang dihttps://infobandungnews.com/45-tahun-jaipongan-jaipongan-hajat-ismet-ruhimat-tidak-takut-kehilangan-pamor, ditampilkan rampak kendang dari Republik Kendangers, tari kolaborasi Bhuwana Riksa (Kabupaten Bandung dam Cimahi), tari jaipongan Marak Buana oleh Padepokan Jugala Raya, serta penayangan film dokumenter perjalanan Jaipongan (dokumenter naratif The Hostorical Mapping of Jaipongan).

Tari Jaipongan Marak Buana (Antara kuring jeung Anjeunna) merupakan dialog antara Agus Badenk dengan sang legenda Jaipongan, Gugum Gumbira, yang mengkisahkan perjalanan panjang sang maestro Jaipongan dari awal dengan diciptakannya tarian Keser Bojong (1978) yang kemudian dideklarasikan sebagai kelahiran Jaipongan, hingga akhir hayatnya.

“Beliau (Gugum Gumbira) sangat teguh dan idealis terhadap Jaipongan, tapi tidak membunuh seni tradisi lainnya. Beliau pun berpesan, kembangkan seni dirimu sendiri,” ujar Agus Badeng mengenang sosok Almarhum Gugum Gumbira.

“Da maneh lain batur, batur ge lain maneh. (Kamu bukan orang lain, dan orang lain bukan kamu).” tambahnya. (YG-IBN001) ***

Berita Terkait

Saeful Bachri Dorong Kemudahan Perizinan dan Akses Modal bagi UMKM di Kabupaten Bandung
Saeful Bachri ” Perlu Adanya Kolaborasi Desa Wisata Dengan Pelaku Seni Budaya Untuk Daya Tarik Wisatawan”
Fraksi Demokrat Dorong Penyerapan Anggaran Daerah Pemprov Jabar Lebih Efektif
Saeful Bachri Sosialisasikan Perda Desa Wisata
Sambut Hari Santri Nasional DPAC FKDT Cileunyi Gelar Jalan Sehat Santri & Donor Darah
Saeful Bachri Dilantik Jadi Ketua Perbasi Kabupaten Bandung 2024-2028, Target Medali Di Porprov Jabar 2026
Adhitia Yudisthira Dorong Regenerasi Sepak Bola di Cimahi, PSKC U-15 dan U-17 Dilepas Menuju Piala Soeratin
Kota Bandung Punya Exit Tol Baru Gantikan KM 149 Gedebage Mulai Dibuka Oktober 2024, di Sini Lokasinya

Berita Terkait

Rabu, 13 November 2024 - 11:17 WIB

Saeful Bachri Dorong Kemudahan Perizinan dan Akses Modal bagi UMKM di Kabupaten Bandung

Selasa, 29 Oktober 2024 - 16:03 WIB

Saeful Bachri ” Perlu Adanya Kolaborasi Desa Wisata Dengan Pelaku Seni Budaya Untuk Daya Tarik Wisatawan”

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 11:15 WIB

Fraksi Demokrat Dorong Penyerapan Anggaran Daerah Pemprov Jabar Lebih Efektif

Senin, 21 Oktober 2024 - 15:23 WIB

Saeful Bachri Sosialisasikan Perda Desa Wisata

Senin, 14 Oktober 2024 - 23:18 WIB

Sambut Hari Santri Nasional DPAC FKDT Cileunyi Gelar Jalan Sehat Santri & Donor Darah

Berita Terbaru