Infobandungnews.com – Cimahi – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, sudah mulai bergeliat dinamika politik di berbagai daerah pascaselesainya pilpres dan pileg, tak terkecuali dengan Kota Cimahi.
Wilayah yang berbatasan dengan Kota Bandung ini menarik untuk dicermati perkembangan dinamika politiknya karena menyangkut nasib kota ini ke depan, apakah dapat bergerak progresif menjadi kota yang lebih maju atau tidak.
Mengingat, histori tiga Wali Kota Cimahi sebelumnya yang terjerat kasus korupsi. Mereka adalah Itoc Tochija, Atty Suharti, dan Ajay M. Priatna.
Indonesia Strategic Institute (Instrat) sebagai lembaga think thank dan kajian pada isu-isu strategis, politik, dan sosial humaniora yang berbasis di Kota Bandung, telah membahas terkait tokoh-tokoh potensial yang akan melanjutkan kepemimpinan Kota Cimahi ke depan.
Hal ini dibahas melalui diskusi intensif melalui Focus Group Discussion (FGD) terbatas yang melibatkan partisipasi sejumlah pengamat dan praktisi politik yang berlangsung pada Rabu (24/4/2024).
Direktur Indonesia Strategic Institue (INSTRAT), Adi Nugroho mengatakan, selain analisis kualitatif atas situasi yang berkembang di lapangan, FGD dilengkapi dengan analisis hasil-hasil survei kuantitatif yang telah dilakukan Instrat untuk Kota Cimahi secara berkala.
Hasilnya, terdapat beberapa tokoh yang dianggap memiliki peluang untuk maju dalam kontestasi Pilwalkot Cimahi mendatang. Mereka adalah Acep Jamaludin, Adhitia Yudisthira, Bagja Setiawan, Dikdik Suratno Nugrahawan, Enang Sahri Lukmansyah, Faisal Haris, Ngatiyana, dan Ahmad Zulkarnaen.
“Selain nama-nama tersebut, terdapat juga sejumlah nama yang masih dalam proses penjaringan bakal calon wali kota dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat, namun masih belum dapat dipastikan finalisasinya,” kata Adi dalam keterangannya, Sabtu (27/4/2024).
Adi menilai, perlu lebih banyak tokoh yang muncul di Pilwalkot Cimahi 2024. Sebab, berdasarkan dua data terakhir Instrat, belum ada tokoh yang memiliki popularitas di atas 50 persen, kecuali Ngatiyana yang popularitasnya mendekati 70 persen.
“Bahkan mayoritasnya berada pada tingkat popularitas di bawah 20 persen. Ini menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih belum banyak bermunculan tokoh-tokoh potensial untuk berkompetisi menjadi Wali Kota Cimahi mendatang,” jelasnya.
Di lain sisi, hal ini juga dapat dipandang sebagai sebuah peluang bahwa kesempatan berkompetisi bagi tokoh-tokoh baru menjadi lebih terbuka.
“Meskipun juga bakal menjadi tantangan bagi Ngatiyana untuk mempertahankan dan memperkuat posisinya lantaran popularitas dan potensi elektabilitasnya jauh di atas tokoh-tokoh lainnya,” imbuhnya.
Kemudian, isu bersih dari korupsi turut menjadi perhatian dari masyarakat. Adi mengatakan, mayoritas responden dari hasil surveinya mengharapkan agar Wali Kota Cimahi mendatang memiliki karakteristik jujur, bersih, dan dapat dipercaya sebesar 68 persen.
“Dengan demikian, harapan terhadap wali kota yang bersih dari korupsi menjadi isu penting yang harus menjadi komitmen para calon wali kota untuk mewujudkannya,” ungkapnya.
Menurutnya, Kota Cimahi juga perlu memiliki kombinasi pemimpin dari generasi tua dan muda.
“Dari tokoh-tokoh yang kami sebutkan, sebagian di antaranya misalnya Enang Syahri L, Ngatiyana adalah tokoh senior, sedangkan sebagian tokoh lainnya adalah kalangan muda,” sebutnya.
Adi menilai, pemimpin generasi tua ini yang nantinya akan lebih arif bijaksana, sedangkan kalangan muda diharapkan dapat menggerakkan kota dengan kreativitas dan inovasi.
“Kombinasi ini dianggap ideal untuk saat ini dan dapat diterima publik lantaran telah dicontohkan pada Pilpres 2024 lalu dimana kombinasi kalangan tua Prabowo Subianto dan kalangan muda Gibran Rakabuming Raka berhasil memenangkan kontestasi,” tandasnya. (YG-IBN001)***
Cek Berita Lainnya di Google News