Infobandungnews.com– Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi bertemu para petani kopi. Hal itu dilakukan dalam rangka reses anggota DPR di daerah pemilihan.
Dede Yusuf menyapa dan bertemu para petani kopi di Laja House Coffee & Noodles, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung (27/4/2024).
Turut hadir Dr M Hailuki, tenaga ahli Komisi X DPR sekaligus ketua Imah Rancage, rumah aspirasi Dede Yusuf di dapil Jabar II. Kemudian, praktisi dan ahli perkopian Saeful Bachri.
“Masalah utama petani kopi di sini adalah kelangkaan pupuk subsidi dan pasca panen. Pas menanam harga tinggi, begitu panen harga jatuh,” ujar seorang perwakilan petani kopi.
Harga kopi di kebun saat ini Rp 8 ribu per kilogram. Hasil roasting, berupa kopi bubuk siap seduh dijual Rp 120-150 ribu per kilogram.
“Satu pohon menghasilkan 1,5 sampai dua kilogram biji chrerry. Kopi hasil petik di pohon yang warna merah. Masalahnya terkadang hanya satu kali panen,” kata petani kopi yang lain.
Dede Yusuf mengaku sebagai pengopi sejati. Sehari terkadang 3-4 cangkir. Kopi yang dinikmati paling enak adalah hasil produksi petani di Jawa Barat.
“Jabar adalah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Dan Kabupaten Bandung adalah surga kopi di Indonesia,” tegasnya.
Ada kopi Pangalengan, Cimaung, Ciwidey, Puntang, Manglayang, Arjasari, Cilaja, dan banyak lagi. “Kopi Puntang malah jadi salah satu kopi terbaik di dunia,” ucap doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini.
Saat jadi wakil gubernur, papar Dede Yusuf, Pemprov pernah mendeklarasikan nama khas kopi asal Jawa Barat. Yakni Java Preanger Coffee.
“Selama ini di dunia hanya mengenal istilah Java Coffee. Kita sekarang beri nama Java Preanger Coffee,” kata Dede.
Kehebatan kopi di Jabar, khususnya di Kabupaten Bandung, tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan para petaninya. “Kalau hanya jual biji chrerry, petani hanya punya penghasilan 1,1 juta per bulan. Ini memprihatinkan,” katanya.
Kalau dirata-ratakan, pendapatan petani kurang dari Rp 40 ribu per hari. “Pemda harus ambil peran, bagaimana petani bisa menjual jadi biji kopi siap roasting. Dengan begitu tidak Rp 8 ribu per kilogram lagi. Tapi bisa di atas seratus ribu,” ungkap Dede Yusuf. (Adg006)