Infobandungnews.com– Kemenparekraf kembali menggelar bimtek akses pembiayaan. Kali ini terkait pembiayaan pinjaman online yang resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hal mengejutkan disampaikan Wawan Ahmad Ridwan. Kepala Disbudpar Kabupaten Bandung ini menyebut bank emok (rentenir) sudah jadi masalah sosial
“Kita harus berjuang melawan bank emok yg merajalela. Ini masalah nasional yang harus kita selesaikan bersama,” kata Wawan Ridwan di Joglo Village Bojongsoang, Kabupaten Bandung (27/4/2024).
Hadir di acara tersebut Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi. Lalu, Anggara Hayun Anujuprana, direktur akses pembiayaan Kemenparekraf.
“Data di Pengadilan Agama ada 10 ribu warga Kabupaten Bandung yang mengajukan perceraian,” katanya.
Hal itu memprihatinkan karena salah satunya terkait bank emok. Banyak istri terlilit bank emok tanpa izin suami. “Terjadi cekcok dan bikin rudet di rumah akhirnya terjadilah perceraian,” katanya.
Pemda Kabupaten Bandung, lanjutnya, telah menyiapkan dana bergulir Rp 70 miliar. Dana itu dititipkan di Bank BJB untuk diakses oleh pelaku UMKM.
“Pak bupati sedang mengkaji agar persyaratannya lebih mudah. Lalu dipakai untuk kredit produktif, bukan keperluan konsumtif,” ungkap Wawan Ridwan.
Dede Yusuf saat tampil memberi arahan menyebut data soal perceraian itu bikin prihatin. Dia mendorong agar pemerintah dan Pemda punya program modal usaha yang benar-benar mudah dan murah.
“Dana bergulir 70 miliar itu tadi saya tanya hanya terserap 50 persen. Dan biasanya yang menyerap juga bukan pelaku usaha kecil. Biasanya tetap pengusaha besar berwajah usaha kecil,” jelas Dede Yusuf.
Usaha kerakyatan biasanya seperti jualan seblak, cuanki, atau warung rumahan. Modal yang diperlukan 2-5 juta.
“Mereka akan sulit mengakses perbankan walaupun disebut tanpa agunan dan syarat mudah,” kata doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini.
Ilmu dan praktik bank emok, kata Dede Yusuf harusnya ditempuh perbankan. Agen kredit bank harus berani keliling kampung. Beri pinjaman langsung. Lalu, nagih kembali baik harian atau mingguan secara langsung. Persis praktik bank emok.
“Adakah perbankan yang bisa meniru praktik bank emok,” tanya Dede. Kalau ada maka pasti masyarakat akan beralih ke perbankan.
Warga terjebak bank emok atau rentenir karena biasanya pelakunya tetangga sendiri. Yang minjam dan memberi pinjaman sama-sama satu kampung. Bahkan tetanggaan.
“Mereka biasanya ada ikrar pinjaman yang disebut berjanji tanggung renteng. Itu bisa saja ditiru perbankan,” kata politikus senior Partai Demokrat ini. (Adg006)